Friday, April 22, 2016

CONTOH MAKALAH STUDI KASUS (metodelogi penelitian pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

            A.    Latar Belakang
            Kegiatan penelitian adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apa pun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
            Adapun secara garis besar fase-fase atau langkah-langkah penelitian dapat dipilah menjadi tiga fase, yaitu fase perencanaan, pelaksanaan, dan laporan. Adapun studi kasus termasuk ke dalam fase perencanaan penelitian yang diawali dengan kegiatan memilih masalah secara operasional dan membuat pembatasan-pembatasan, yaitu untuk menentukan ruang lingkup masalah yang diteliti. Setelah memilih masalah penelitian, baru dilakukan studi kasus.
            Banyak penelitian yang perencanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Terdapat kecenderungan di kalangan peneliti untuk menyelidiki sesuai dengan pergi ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu hendak mengolah datanya barulah dirasakan adanya kekurangan-kekurangan dalam penelitian itu secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, tidak dapat disangsikan lagi bahwa studi kasus  ini sangat penting artinya untuk mendapatkan hasil yang memuaskan.[1]

      B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode penelitian studi kasus?
2.      Apa sajakah jenis-jenis studi kasus?
3.      Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus?
4.      Apa sajakah ciri-ciri studi kasus yang baik?
5.      Bagaimanakah mengenai keunikan studi kasus?
6.      Bagaimanakah mengenai tipe-tipe studi kasus dan implementasinya dalam penelitian?
7.      Bagaimanakah mengenai desain studi kasus?

      C.    Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui penelitian studi kasus.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus.
3.      Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus.
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri studi kasus yang baik.
5.      Untuk mengetahui keunikan studi kasus.
6.      Untuk mengetahui tipe-tipe studi kasus dan implementasinya dalam penelitian.
7.      Untuk mengetahui desain studi kasus.


































BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN STUDY KASUS
            Studi kasus Atau Case Studi adalah sebuah  eksplorasi dari “suatu system yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.[2] Dengan  perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi  atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu.
            Studi kasus tidak selalu menggunakan pendekatan kualitatif, ada beberapa studi kasus yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam membahas studi kasus, akan menekankan pendekatan kualitatif, bersifat naturalistik, berbasis pada budaya dan minat fenomenologi. Studi kasus bukan merupakan pilihan metodologi, tetapi pilihan masalah yang bersifat khusus untuk dipelajari. Terdapat contoh masalah yang dapat bersifat kuantitatif, misalnya; anak yang sakit, dokter mempelajari anak yang sakit dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif, walaupun catatan dokter lebih bersifat kuantitatif ketimbang kualitatif. Nama studi kasus ditekankan oleh beberapa peneliti karena memokuskan tentang apa yang dapat dipelajari secara khusus pada kasus tunggal. Penekanan studi kasus adalah memaksimalkan pemahaman tentang kasus yang dipelajari dan bukan untuk mendapatkan generalisasi. identifikasi kasus dapat bersifat sederhana tetapi dapat juga bersifat kompleks. Kasus dapat bersifat tunggal misalnya hanya terkait dengan seorang anak, atau banyak misalnya satu kelas, atau bersifat kompleks misalnya kaum profesional yang mempelajari anak dalam masa kanak-kanak. Setelah menentukan mempelajari suatu kasus, peneliti seyogyanya terlibat secara mendalam pada kasus tersebut. Apabila ingin mempelajari suatu kasus, tidak mungkin memahami secara mendalam tanpa mengetahui tentang kasus-kasus lain. Tetapi apabila sumber daya terbatas, maka lebih baik hanya berkonsentrasi memahami kompleksitas satu kasus saja tanpa harus melakukan perbandingan antar kasus-kasus tersebut. Apabila mempelajari lebih dari satu kasus, maka sebaiknya penelitian berkonsentrasi pada kasus tunggal.
            Menurut Yin (1987) study kasus merupakan suatu inkuiri empirik untuk meneliti suatu fenomena kontemporer dalam konteks yang sebenarnya. Dan juga Yin memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya,[3]
            Menurut  Creswell,  pendekatan  studi  kasus  lebih  disukai  untuk penelitian  kualitatif.  Seperti  yang  diungkapkan oleh Patton bahwa kedalaman dan detail suatu metode kualitatif berasal dari sejumlah kecil studi kasus. Oleh karena  itu  penelitian  studi  kasus  membutuhkan  waktu  lama  yang  berbeda dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya. Tetapi pada saat ini, penulis studi kasus dapat memilih  pendekatan  kualitatif  atau  kuantitatif  dalam  mengembangkan  studi kasusnya. Seperti yang dilakukan oleh Yin (1989) mengembangkan studi kasus kualitatif deskriptif dengan bukti kuantitatif. Merriam  (1988) mendukung suatu pendekatan  studi  kasus  kualitatif  dalam  bidang  pendidikan.  Hamel (1993) seorang sosiolog menunjukkan pendekatan studi kasus kualitatif untuk sejarah. Stakes (1995)  menggunakan  pendekatan  ekstensif  dan  sistematis  untuk penelitian studi kasus. Untuk itu Creswell menyarankan bahwa peneliti yang akan mengembangkan   penelitian   studi   kasus:
1.      Peneliti hendaknya dapat mengidentifikasi kasusnya dengan baik.
2.      Peneliti  hendaknya  mempertimbangkan  apakah  akan  mempelajari sebuah kasus tunggal atau multikasus.
3.      Dalam memilih suatu kasus diperlukan dasar pemikiran dari peneliti untuk melakukan strategi sampling yang baik sehingga dapat pula mengumpulkan informasi tentang kasus dengan baik pula.
4.      Memiliki banyak informasi untuk menggambarkan secara mendalam suatu kasus  tertentu.  Dalam  merancang  sebuah  studi  kasus,  peneliti  dapat mengembangkan  sebuah  matriks  pengumpulan  data  dengan  berbagai informasi yang dikumpulkan mengenai suatu kasus.
5.      Memutuskan “batasan” sebuah kasus. Batasan-batasan tersebut dapat dilihat dari aspek waktu, peristiwa dan proses.[4]

B.     KARAKTER STUDI KASUS
            Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai ’kasus’. Bahkan, secara khusus, Stake (2005) menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah suatu pilihan metoda penelitian, tetapi bagaimana memilih kasus sebagai obyek atau target penelitian.[5] Pernyataan ini menekankan bahwa peneliti studi kasus harus memahami bagaimana menempatkan obyek atau target penelitiannya sebagai kasus di dalam penelitiannya.
            Kasus itu sendiri adalah sesuatu yang dipandang sebagai suatu sistem kesatuan yang menyeluruh, tetapi terbatasi oleh kerangka konteks tertentu (Creswell, 2007). Sebuah kasus adalah isu atau masalah yang harus dipelajari, yang akan mengungkapkan pemahaman mendalam tentang kasus tersebut, sebagai suatu kesatuan sistem yang dibatasi, yang melibatkan pemahaman sebuah peristiwa, aktivitas, proses, atau satu atau lebih individu. Melalui penelitian studi kasus, kasus yang diteliti dapat dijelaskan secara terperinci dan komprehensif, menyangkut tidak hanya penjelasan tentang karakteristiknya, tetapi juga bagaimana dan mengapa karakteristik dari kasus tersebut dapat terbentuk.
·         Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer
Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi. Dengan kata lain, sebagai bounded system (sistem yang dibatasi), penelitian studi kasus dibatasi dan hanya difokuskan pada hal-hal yang berada dalam batas tersebut. Pembatasan dapat berupa waktu maupun ruang yang terkait dengan kasus tersebut.
·         Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya
            Pelaksanaan penelitian studi kasus menggunakan pendekatan penelitian naturalistik. Dengan kata lain, penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Kehidupan nyata itu sendiri adalah suatu kondisi kehidupan yang terdapat pada lingkungan hidup manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok yang sebenarnya.
            Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya. Sifat yang demikian menyebabkan munculnya pandangan bahwa penelitian studi kasus sangat tepat untuk menjelaskan suatu kondisi alamiah yang kompleks.
·         Menggunakan berbagai sumber data
            Penelitian studi kasus menggunakan berbagai sumber data. Pengggunaan berbagai sumber data dimaksudkan untuk mendapatkan data yang terperinci dan komprehensif yang menyangkut obyek yang diteliti. Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, peneliti dapat meyakinkan kebenaran dan keakuratan data yang diperolehnya dengan mengecek saling-silangkan antar data yang diperoleh.
            Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen. Catatan wawancara merupakan hasil yang diperoleh dari proses wawancara, baik berupa wawancara mendalam terhadap satu orang informan maupun terhadap kelompok orang dalam suatu diskusi. Sedangkan catatan lapangan dan artefak merupakan hasil dari pengamatan atau obervasi lapangan. Catatan dokumen merupakan hasil pengumpulan berbagai dokumen yang berupa berbagai bentuk data sekunder, seperti buku laporan, dokumentasi foto dan video.
·         Menggunakan teori sebagai acuan penelitian
            Berdasarkan pemikiran induktif yang bermaksud untuk membangun pengetahuan-pengetahuan baru yang orisinil, penelitian kualitatif selalu dikonotasikan sebagai penelitian yang menolak penggunaan teori sebagai acuan penelitian. Penggunaan teori sebagai acuan dianggap dapat mengurangi orisinalitas temuan dari penelitian kualitatif.
            Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. Kajian teori dapat dilakukan di bagian depan, tengah dan belakang proses penelitian. Pada bagian depan, teori digunakan untuk membangun arahan dan pedoman di dalam menjalankan kegiatan penelitian.Melalui pemanfaatan teori tersebut, peneliti studi kasus dapat membangun teori yang langsung terkait dengan kondisi kasus yang ditelitinya. Kesimpulan konseptual dan teoritis yang dibangun melalui penelitian studi kasus dapat lebih bersifat alamiah, karena sifat dari kasus yang alamiah seperti apa adanya tersebut.
C.    JENIS-JENIS STUDI KASUS
Dalam Buku Dr. Tohirin, M.Pd., jenis-jenis studi kasus ada dua yaitu:
a)      Studi kasus tunggal
Studi tunggal ini memungkinkan untuk mendalami secara mendalam dan spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa  dari sebuah fenomena.
b)      Studi kasus majemuk
Penggunaan dua studi kasus atau lebih memungkinkan generalisasi untuk lingkup yang lebih luas. Namun semakin banyak jumlah kasusnya, maka akan semakin sedikit manfaat yang bisa diperoleh dari pendekatan studi kasus.[6]
           
Sedangkan Jenis studi kasus menurut Bogdan dan Biklen (1982) diklarifikasikan sebagai berikut.
a)      Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan menelusuri perkembangan organisasinya. Studi ini kurang memungkinkan untuk diselenggarakan karena sumbernya kurang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
b)      Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalui observasi peran serta atau pelibatan, sedngkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu atau beberapa segi organisasinya. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.
c)      Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu orang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama. Untuk jenis wawancara yang dilakukan oleh ahli sejarah disebut sebagai sejarah lisan, mereka biasanya memwawancarai orang-orang dengan kepemilikan sejarah yang khas, sedangkan kepada orang tidak memiliki latar belakang khusus seringkali disebut sejarah ”orang kebanyakan”.
d)     Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar.
e)      Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu.
f)       Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil.[7]

D.    LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN STUDI KASUS
Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus :
1. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masyarakat atau unit sosial.Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumber-sumber yang tersedia.
2. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalam pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak.
3. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi.Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya dilakukan penyempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, mudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehidupan seseorang atau kelompok.[8]

E.     CIRI STUDI KASUS YANG BAIK
·         Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.
·         Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu  diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.
·         Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.
·         Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
·         Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.
Selain hal tersebut studi kasus dalam studi kasus fokusnya terarah pada hal yang khusus atau unik. Kenunikan pada kasus berkaitan dengan :
·         Hakikat (the nature) kasus
·         Latar belakang sejarah kasus
·         Latar (setting) fisik
·         Konteks dengan bidang lain; ekonomi, politik, hukum, dan estetika
·         Mempelajari kasus-kasus lain yang berkaitan dengan kasus yang dipelajari
·         Informan-informan yang dipilih adalah orang-orang yang mengetahui kasus ini.[9]
           
F.     KELEMAHAN DAN KEKURANGAN STUDI KASUS
Adapun kelebihan dari Studi kasus yaitu:
·         Analisis intensif yang dilewatkan tidak dlakukan oleh metode lain.
·         Dapat menghasilkan ilmu pengetahuan pada kasus khusus
·         Cara yang tepat untuk mengeksplorasi fenomena yang belu secara detail diteliti
·         Informasi yang dihasilkan dalam studi kasus dapat sangat bermanfaat dalam menghasilkan hipotesis yang diuji lebih ketat, rinci, dan seteliti mungkin pada penelitian berikutnya
·         Studi kasus yang bagus (well designed) merupakan sumber informasi deskriotif yang baik dan dapat digunakan sebagai bukti untuk suatu pengembangan teori atau menyanggah teori.     
Adapun kelemahan dari studi kasus yaitu:
·         Studi kasus seringkali dipandang kurang ilmiah atau pseudo-scientific karena pengukurannya bersifat subjectif atau tidak bisa dikuantifisir. Dalam hal ini, kritik ini juga mempertanyakan validitas dari hasil penelitian studi kasus.
·         Karena masalah interpretasi subjektif pada pengumpulan dan analisa data studi kasus, maka mengerjakan pekerjaan ini relative lebih sulit dari penelitian kuantitatif.
·         Masalah generalisasi. Karena skupa penelitian baik issu maupun jumlah orang yang menjadi target kajian studi kasus sangat kecil, kemampuan generalisasi dari temuan pada studi kasus adalah rendah.
·         Karena lebih bersifat deskriftif, studi kasus juga dianggap kurang memberi sumbangan pada persoalan-persoalan praktis mengatasi suatu masalah.
·         Biaya penyelenggaraan yang relative mahal. Karena kedalaman ibformasi yang digali pada studi kasus, maka luangan waktu dan fikiran untuk mengerjakan studi kasus jauh lebih banyak daripada studi dengan skala yang besar, tetapi hanya melingkupi data yang terbatas. Untuk hal ini, sebagian orang menganggap bahwa studi kasus lebih mahal dari pada penelitian-penelitian kuantitatif.
·         Karena fleksibilitas disain studi kasus, ini memungkinkan peneliti untuk beralih focus studi ke rah yang tidak seharusnya.[10]

G.    TIPE-TIPE STUDI KASUS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENELITIAN
            Boglen dan Biklen mengklasifikasikan tipe–tipe studi kasus ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini merupakan single case studies, studi kasus tunggal.yaitu :
             Pertama, studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisaisi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula..
            Kedua, Studi kasus observasi. Yang lebih ditekankan di sini adalah kemampuan seorang peneliti menggunakan tehnik observasi dalam kegiatan penelitian. Dengan tehnik observasi partisipan diharapkan dapat dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan aktual dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
            Ketiga, Studi kasus sejarah hidup. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup sseorang sesuai dengan tahap-tahap dimana dinamika dan liku-liku yang mengharubiru kehidupannya.
            Keempat, studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriyah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi – sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari.
Kelima, studi kasus analisa situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena tertentu.
            Keenam, Studi Kasus Mikroetnografi.  Studi kasus ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organanisasi atau seorang individu.[11]
      Selanjutnya, implementasi studi kasus dalam kegiatan pendidikan. Dalam hal ini, sebelumnya perlu membangun model seorang peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas yakni:validitas konstruk, validitas internal, validitas eksternal dan reabilitas.Ada lima komponen dalam model studi kasus.
·         Pertanyaan – pertanyaan penelitian.
·         Proporsi penelitian
·         Unit – unit analisis penelitian
·         Logika yang mengaitkan data dengan proposisi
·         Kriteria untuk menginterpretasikan
      Ada istilah yang sering muncul dalam wujud nyata (implementasi) dalam studi kasus yaitu Ex Post Facto adalah model studi yang prosesnya telah terselesaikan. Ex post facto  adalah suatu model studi yang terkait dengan studi longitudina dan dapat pula terkait studi cross sectional, untuk obyek telaah yang telah diselesaikan prosesnya. Untuk lebih mempertjam makna dan fungsi arti ex post facto penulis cenderung menawarkan penggunaan istilah ex post facto hanya untuk telaah objek yang prosesnya sudah final tidak dapat diulang atau dilanjutkan pada subyek yang sama. Misalnya, peran bimbingan orang tua yang anaknya telah sukses, efektifitas program setelah yang bersangkutan lulus kepemimpinan setelah mengundurkan diri, evaluasi kurikulum tidak dipakai setelah kebijakan tersebut di ganti dengan kebijakan lain.[12]

H.    DESAIN STUDI KASUS

a.      Pengertian Desain
            Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian.Pola desain penelitian dalam setiap disiplin ilmu memiliki kekhasan masing-masing, namun prinsip-prinsip umumnya memiliki banyak kesamaan.Desain penelitian memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.[13]
            Oleh karena itu, sebuah desain penelitian yang baik akan menghasilkan sebuah proses penelelitian yang efektif dan efisien. Klasifikasi desain penelitian dibagi menjadi dua, yaitu (1) desain penelitian eksploratif dan (2) konklusif. Desain penelitian konklusif dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu (1) dekriptif dan (2) kausal. Penelitian eksploratif bertujuan untuk menyelidiki suatu masalah atau situasi untuk mendaptkan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan mendalam tentang masalah atau situasi yang dijadikan objek penelitian. Sedangkan penelitian deskriptif bertujuan untuk menggmbarkan sesuatu.
            Desain penelitian harus mampu menggambarkan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu peneliti dalam pengumpulan dan menganalisis data. Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik.
            Untuk dapat menghasilkan penelitian yang baik, maka dibutuhkan desain penelitian yag benar-benar dapat mengarahkan peneliti dalam setiap tahap penelitiannya.Secara singkat, desain penelitian dapat didefinisikan sebagai rencana dan struktur penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan penelitian.
            Dalam pengertian yang lebih luas, desain penelitian mencakup proses-proses berikut:
·         Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.
·         Pemilihan kerangka konseptual;
·         Memformulasikan masalah penelitian dan membuat hipotesis;
·         Membangun penyelidikan atau percobaan;
·         Memilih serta mendefinisikan pengukuran variabel-variabel;
·         Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan
·         Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data
·         Membuat coding, serta mengadakan editing dan processing data;
·         Menganalisa data dan pemilihan prosedur statistik;
·         Penulisan laporan hasil penelitian.[14]
            Desain penelitian menentukan ranah kemungkinan generalisasi apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau kondisi-kondisi yang berbeda. (Nachmias dan Nachmias, 1976, hlm 77-78 dalam Yin, 1987). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok desain penelitian adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian. Dalam metode studi kasus, terdapat lima komponen desain penelitian yang substansial, yaitu:
·         Pertanyaan-pertanyaan penelitian (study’s questions)
·         Proposisi, jika ada
·         Unit-unit analisis
·         Logika yang mengaitkan data dengan proposisi yang ada
·         Kriteria untuk menginterpretasikan hasil temuan
            Sedangkan, kriteria penetapan kualitas desain penelitian menurut uji logika tertentu, antara lain:
·         Validitas Konstruk. Menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti.
·         Validitas Internal (hanya untuk penelitian dengan metode explanatory dan causal). Menetapkan hubungan kausal, di mana kondisi-kondisi tertentu ditunjukkan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain, sebagaimana dibedakan dengan hubungan semu.
·         Validitas Eksternal. Menetapkan ranah di mana temuan suatu penelitian dapat divisualisasikan.
·         Reliabilitas. Menunjukkan bahwa pelaksanaan sebuah penelitian seperti prosedur pengumpulan data dapat diinterpretasikan dengan hasil yang sama.




[1] http://atibilombok.blogspot.co.id/2014/06/makalah-metode-penelitian-studi-kasus.html
[2] Cresswell, J.W.1998. Research Design:Qualitative & Quantitative Approaches. London: SAGE Publicational
[3]  Robert K. Yin, Case Study Research Design and Methods.(Washington : COSMOS Corporation, 1989), hlm.1
[4] Wahyono, H. 2009. Penelitian Studi Kasus.
[5] Furchan, Arief, (Penerjemah). 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Hal 31
[6] Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,2012,Jakarta:Rajawali Pers
[7] Surachmad, W. 1982. PengantarPenelitian. Bandung: Tarsito.
[8] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V , Jakarta :Rieneka Cipta, 2010,h. 121
[10] Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin.Metodologi Penelitian. (Bandung : Mandar Maju,2011) hal 112
[11] Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 201
[12] Noeng, Muhadjir,Metodologi Peneliyian Kualitatif,( Yogyakarta: Rake Sarasin,2000), hlm. 54
[13] Yulliana, Teori dan Tekhnik Pembuatan Desain Penelitian, http://www.kopertais2.or.id/diakses pada hari Sabtu  6 April 2016 pukul 12:00 Wib
[14] Yulliana, Teori dan Tekhnik Pembuatan Desain Penelitian, http://www.kopertais2.or.id/

This Is The Oldest Page

2 komentar

Proses perencanaan sistem studi kasus usaha toko kelontong apa ya, mohon bantu jawab

Proses perencanaan sistem studi kasus usaha toko kelontong apa ya, mohon bantu jawab


EmoticonEmoticon

loading...

Featured Posts

klik disini